Pinjaman Rp 100 Ribu Ditolak, 2 Wanita Ini Bunuh Porta

By Redaksi - Monday, 31 May 2021

Simalungun, Kabarnas.com - Motif perampokan yang berujung maut di Huta Tinggir, Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun terungkap, yakni sakit hati karena korban, Porta Tumanggor tidak mau meminjamkan uang.

Kapolres Simalungun AKBP Agus Waluyo mengatakan, kedua ibu rumah tangga yang kini telah menjadi tersangka dijerat dengan Pasal 338 subsider 170 ayat 2 ketiga huruf e dan Pasal 365 dengan ancaman maksimal 15 tahun.

Penambahan Pasal 365 kepada tersangka AS (40) dan HT (45), kata Agus, karena penyidik menemukan bahwa barang bukti milik korban sebagian sudah berpindah tangan. Namun kapolres belum berani mengungkapkan apakah perkara ini berkaitan dengan perencanaan.

"Motif dari kedua tersangka berawal dari sakit hati AS karena berulangkali meminjam uang Rp 100-200 ribu. Sempat 4 kali meminjam tetapi tidak diberikan dan HT juga dua kali meminjam. Karena itu keduanya sakit hati," kata Agus kepada sejumlah wartawan, Senin (30/5/2021).

Dalam perkara ini, kata Agus lagi, kedua tersangka membunuh dengan cara membungkam mulut korban menggunakan kain. Kemudian, leher korban diikat ke pohon cofe guna menghilangkn jejak, dimana korban biar dianggap bunuh diri.

"Korban diikat di ladang cabe milik Ismail. Sekilas korban seolah-olah gantung diri, tetapi hasil penyelidikan dan analisa petugas, ada indikasi bahwa korban meninggal karena kekerasan dan dicekik," ujar Agus.

Sementara dua tersangka ini langsung diringkus dua hari setelah pembunuhan, Sabtu 29/5/2021), oleh Sat Reskrim Polres Simalungun dibantu oleh Subdit III Krimum Polda Sumut.

Dalam penangkapan ini polisi menyita barang bukti berupa 2 unit ponsel, tas yang dibeli pelaku dari uang milik korban yang diambil dari dalam tas korban, 2 unit cincin milik korban dan uang tunai sekitar Rp 2.5 juta yang dari sisa uang milik korban yang diambil dari dalam tas sekitar Rp 8 juta.

Pada kesempatan itu, salah seorang pelaku, AS mengaku bahwa awalnya mereka hanya ingin mengambil uang korban, yang rencananya dipakai untuk meninggalkan Huta Tinggir. "Kami mau meninggalkan Huta Tinggir ke Saribudolok, karena sebelumnya lagi ribut sama suami," ujarnya singkat.