Opini: Johnny G Plate Diborgol Kejagung, Kubu Anies Baswedan Meradang

By Redaksi - Wednesday, 24 May 2023
Tersangka Korupsi BTS 4G, Johnny G Plate. (Foto: Istimewa)
Tersangka Korupsi BTS 4G, Johnny G Plate. (Foto: Istimewa)

*Oleh: Sutrisno Pangaribuan, Presidium Kongres Rakyat Nasional (Kornas)

Belum lama berselang pasca Johnny G Plate (JGP), Menkominfo sekaligus Sekjend DPP Partai NasDem ditetapkan sebagai tersangka dan langsung ditahan oleh Kejagung, muncul sejumlah serangan kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Willy Aditya, politisi NasDem menuduh adanya politisasi aparat penegak hukum, intimidasi, kesemena-menaan aparat penegak hukum melakukan politisasi hukum. Lebih jauh, ia menyebut adanya operasi penangkapan orang- orang tertentu akibat presiden saat ini adalah "petugas partai", bukan pelayan rakyat.

Surya Paloh, Ketum DPP Partai NasDem menyatakan kesedihan atas peristiwa yang dialami Johnny. Surya mengatakan penahanan Johnny dengan tangan diborgol dalam kapasitas sebagai menteri, sekjend partai terlalu mahal.

Dia juga menyinggung intervensi politik dan kekuasaan. Bahkan kasus korupsi pembangunan menara BTS 4G dan infrastruktur pendukung BAKTI Kominfo disebut bisa berdampak pada upaya partainya mencalonkan Anies Rasyid Baswedan sebagai Capres.

Anies sendiri langsung mendatangi Surya Paloh di NasDem Tower dan menyatakan adanya suasana keprihatinan yang luar biasa atas "cobaan" yang datang. Namun Anies menyebut bahwa Surya merupakan sosok yang konsisten, persisten dan berpegang teguh pada prinsip meski menghadapi cobaan yang besar.

Anies Baswedan bahkan menyebut bahwa Tuhan, Allah SWT akan berpihak kepada kebenaran. Peristiwa tersebut dianggap sebagai ujian, tantangan yang harus dihadapi oleh Surya dan NasDem atas sikap, pilihannya mengusung dirinya sebagai Capres.

Amien Rais, Ketua Majelis Syura Partai Ummat, tidak mau ketinggalan untuk ikut bereaksi. Amien bahkan memperingatkan Surya Paloh untuk tidak tinggal diam. Dia meminta agar Surya melakukan "serangan balik", tegak dan tegas berdiri serta tak bermental lembek sebab memiliki peran yang besar.

Amien menyebut bahwa kasus tersebut bisa menjadi berkah terselubung atau "blessing in disguise" buat bangsa Indonesia. Ia menyatakan bahwa kasus korupsi Johnny menjadi gerbang lebar untuk membongkar kasus korupsi di lingkaran orang- orang Jokowi.

Bahkan dia meminta agar Surya segera menggelar konferensi pers untuk saling membongkar dari dua kubu yang sebelumnya sekutu, kemudian menjadi seteru. Amien menyebut perpisahan Surya dengan Jokowi karena Surya mendapat hidayah, sementara Jokowi masih bertahan dengan Dholalah, yakni kesesatan ekonomi dan kesesatan politik.

Kongres Rakyat Nasional (Kornas) sebagai rekan juang politik Jokowi sejak 2014, dan melanjutkan perjuangan politik dengan Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 menyampaikan sikap sebagai berikut:

Pertama, bahwa tuduhan adanya politisasi hukum, intimidasi, dan kesemena-menaan aparat penegak hukum, serta penangkapan orang- orang tertentu merupakan tuduhan serius dan tentu memiliki konsekuensi hukum. Maka Willy Aditya, politisi NasDem harus dapat membuktikan tuduhannya agar tidak menjadi bola liar yang justru dapat menciptakan kegaduhan menjelang Pemilu 2024. Jika terjadi kegaduhan politik dan hukum akibat tuduhan ini, maka Willy harus bertanggung jawab.

Kedua, bahwa pernyataan terjadinya politisasi hukum sebagai akibat dari presiden saat ini adalah petugas partai, bukan pelayan rakyat adalah pernyataan yang merendahkan Presiden Jokowi. Pernyataan petugas partai yang sering digunakan Megawati Soekarnoputri kepada Presiden Jokowi dalam kegiatan yang bersifat internal PDIP dan tidak dimaksud untuk menghina dan merendahkan Presiden Jokowi.

Reaksi emosional yang ditunjukkan Willy dan NasDem atas penahanan Johnny dengan tangan diborgol, justru menunjukkan posisi JGP sebagai petugas partai NasDem, bukan pelayan rakyat. Sebab hingga saat ini, hanya NasDem yang bereaksi, marah atas penahanan Johnny, bukan rakyat.

Ketiga, bahwa tuduhan kasus korupsi Johnny sebagai intervensi politik dan kekuasaan adalah seperti senjata makan tuan, NasDem seperti sedang menunjuk diri sendiri. Tuduhan yang didasari prasangka atau justru berdasarkan pengalaman saat Kejagung dipimpin oleh HM Prasetyo, politisi NasDem.

Jika Kejagung dapat dipakai sebagai alat intervensi kekuasaan dan politik, seperti tuduhan tersebut, maka selama lima (5) tahun, HM Prasetyo dan NasDem diduga telah banyak melakukan intervensi politik dan kekuasaan.

Keempat, bahwa upaya menjadikan politisasi hukum justru dilakukan oleh elit NasDem. Jika ada tuduhan politisasi hukum, intervensi politik dan kekuasaan pada kasus korupsi yang melibatkan Johnny, maka seharusnya Johnny dibantu oleh tim hukum NasDem melakukan upaya hukum berupa praperadilan.

Jika NasDem terus membangun narasi politisi hukum, namun tidak melakukan upaya hukum praperadilan, maka justru pelaku politisasi hukum adalah kubu Johnny G Plate, dan NasDem sendiri.

Kelima, bahwa berdasarkan asas praduga tak bersalah, tersangka Johnny memiliki hak untuk melakukan pembelaan dirinya, maka seharusnya NasDem serius membantu Johnny dengan menyediakan penasihat hukum terbaik yang memiliki rekam jejak yang dapat memenangkan perkara kasus korupsi. NasDem lebih baik serius menyediakan penasihat hukum yang mampu membebaskan Johnny dari seluruh sangkaan yang dibuat Kejagung.

Keenam, bahwa Pemilu 2024 seharusnya menjadi pesta demokrasi yang menghadirkan kegembiraan. Maka seluruh peserta Pemilu, baik Parpol, Paslon, maupun perseorangan peserta Pemilu harus menghentikan seluruh narasi kebencian, permusuhan, provokasi, penghinaan terhadap siapapun. Jika narasi- narasi kebencian tetap disampaikan, maka Kornas pun dengan terpaksa akan melakukan langkah hukum.

Kornas meminta agar penanganan kasus korupsi tersangka JGP di Kementerian Kominfo ditangani Kejagung secara transparan, terbuka, dan terang benderang. Semua pihak yang terlibat dalam kasus mega korupsi yang mencuri hak rakyat harus diseret ke meja hijau. Kornas percaya dan mendukung sepenuhnya Kejagung.

Kornas juga akan mengawal Presiden Jokowi hingga akhir periode kepemimpinannya (20/10/2024). Jika ada pihak- pihak yang mencoba menciptakan kegaduhan, kebencian terhadap sesama anak bangsa, maka Kornas siap menghadapinya.

Bagi Kornas, semua pihak yang menciptakan kedamaian, selalu berjuang demi keutuhan Indonesia adalah sekutu. Sedangkan pihak yang selalu menciptakan perpecahan, permusuhan, kebencian adalah seteru, lawan![] (Rabu, 24 Mei 2023)