Asahan - Satreskrim Polres Asahan menangkap dua dari tiga pelaku yang menculik dan menganiaya seorang siswa di Kisaran bernama Muhammad Hilal Abrar.
Kapolres Asahan, AKBP Afdhal Junaidi mengatakan dua tersangka ini berperan sebagai eksekutor menculik. Sedangkan satu orang lagi berinisial GS sedang diburu. GS pun diharapkan segera menyerahkan diri.
AKBP Afdhal mengatakan, penculikan disertai penganiayaan itu terjadi pada 14 Oktober 2024. Korban awalnya dibawa ke salah satu kos-kosan menggunakan sepeda motor. Setelah tiba, korban pun dianiaya pakai kayu.
Dalam kasus ini, kata Kapolres Asahan, ada enam orang yang terlibat, namun tiga hanya menonton saat korban dipukuli. "Ada enam orang, tiga orang yang mengeksekusi, dan tiga lainnya hanya melihat," jelas Afdhal pada Kamis (24/10/24).
Sementara penculikan yang dilakukan para pelaku yang berusia remaja itu karena sakit hati dengan ucapan korban. Meski masih tergolong anak, Kapolres Asahan dengan tegas menyebutkan bahwa kejahatan tersebut harus diproses sesuai hukum.
Sebelumnya korban mengaku diculik dan dianiaya sejumlah orang. Sedangkan masalah ini berawal saat ia mengingatkan seorang wanitanya supaya memberitahu kepada pacarnya untuk tidak ikut-ikut geng motor.
Namun, pesan tersebut justru dianggap ancaman sehingga pelaku mengajak rekan-rekannya menjemput korban dan menyekapnya di sebuah kamar kos.
"Awalnya, saya punya teman. Saya bilang, pacarmu itu jangan ikut-ikutan geng motor. Kalau yang di Sentang itu gapapalah, kalau yang lain jangan. Ga bagus itu. Tapi, karena dikiranya saya menjelek-jelekan, dia mengajak abang-abangannya untuk menganiaya saya," kata Hilal, Sabtu (19/10/2024).
Imbas dari nasihatnya itu, sepulang sekolah korban dihampiri sejumlah laki-laki , lalu di bawa ke salah satu kos-kosan, kemudian dipukuli.
Sementara, orang tua korban, Mahateir Agusta Kesuma mengaku sangat khawatir terhadap kesehatan anaknya setelah babak belur dianiaya.
"Kejadian itu saya langsung membuat laporan ke polisi, saya sampai dirumah sakit itu melihat kalau kondisinya parah, wajahnya penuh dengan luka, kepalanya memar, tangan terkilir, dan muntah-muntah karena kepalanya dihantam," kata Mahateir, orang tua korban.
Katanya, korban yang masih harus bersekolah menjadi sebuah kekhawatirannya diganggu oleh pelaku dan diancam lebih dari yang sebelumnya dilakukan.
"Kalau bisa, anak-anak ini dikumpulkan, bagaimana penyelesaian kami buka. Karena, kami juga sudah membuat laporan polisi. Kami mau anak kami ini, bukan hari ini aja, kedepannya ada rasa aman dia bersekolah dan terjamin," katanya.
Katanya, tak ada tindakan yang dilakukan oleh tim satreskrim Polres Asahan dalam penanganan kami perkara ini.
"Tidak ada, setelah visum itu kami pulang, karena setiap kami tanya, belum ada lagi perkembangan," pungkasnya. (Tribun medan/sehat siahaan)